-->

Kedudukan Seorang Wanita Hindu

Post a Comment
Kedudukan Seorang Wanita Hindu


Sebelum berbicara mengenai kedudukan wanita dalam sastra tentu kita ingat tentang peranan wanita dalam keluarga. Orang yang melahirkan kita setelah mengandung selama sembilan bulan adalah Ibu. Orang yang merawat dan menyusui kita ketika baru lahir sampai kita menjadi tumbuh adalah seorang ibu. Kasih sayang seorang ibu kepada anaknya tak terbayarkan atau tergantikan oleh apapun. Ketika berbicara kedudukan ibu sesungguhnya tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Dalam sastra hindu wanita memiliki kedudukan yang sangat utama dalam kehidupan. Wanita dikatakan sebagai sumber kehidupan, kedamaian, serta kebahagiaan. Seperti diuraikan dalam kitab Manawa Dharmasastra III.56 diuraikan pandangan terhadap hakikat wanita yaitu:

Yatra naryastu pujyante Ramante tartra dewatah yatraitastu na pujyante sarvastalah kriyah

Terjemahannya: Dimana wanita dihormati disanalah para Dewa senang dan melimpahkan anugerahnya. Dimana wanita tidak dihormati tidak ada upacara suci apapun yang memberikan pahala mulia”(sudharta, 2009: 105).

Sociante Jamayo yatra
Vinasyatyasu tat kulam,
Na socianti tu yatraita
Varddhate tanghi sarvada

Manawa Dharmasastra, 111.57

Terjemahannya: Dimana warga wanitanya hidup dalam kesedihan, keluarga itu cepat akan hancur, tetapi dimana wanita itu tidak menderita, keluarga itu akan selalu bahagia.

Dalam kutipan sloka Manawa Dharmasastra di atas dikatakan bahwa wanita merupakan ciptaan yang sangat mulia di hadapan tuhan, karena wanita memiliki peranan yang lebih tinggi daripada laki-laki. Apa yang bisa dilakukan oleh seorang laki-laki juga bisa dilakukan oleh seorang wanita, dan apa yang dilakukan oleh wanita belum tentu bisa dilakukan oleh laki-laki. Seperti contoh laki-laki menjadi kepala keluarga, seorang wanitapun bisa melakukan itu. Akan tetapi wanita' menjadi” seorang ibu yang mempunyai peran mengandung serta melahirkan seorang anak, dan laki-laki tak dapat melakukan hal itu. Disini wanita memiliki peranan yang sangat mulia karena telah berjuang sampai mempertaruhkan nyawa hanya untuk melahirkan seorang putra. Tidak ada manusia didunia ini yang tidak berasal dari kandungan seorang ibu, ‘dan belum pemah seorang bapak yang melahirkan putranya.

Sri Krisna, Sri Rama, serta Arjuna pun dilahirkan oleh seorang ibu, dan dari zaman dahulu kala hakikat seorang wanita sangatlah dimuliakan karena perannya. Ketika seseorang telah menyakiti wanita sama halnya dengan telah menyakiti seorang ibu, begitu juga sebaliknya ketika seseorang mau menghargai wanita sama halnya telah menghormati seorang ibu. Dari kutipan tersebut dikatakan bahwa para dewa sangat menghargai wanita karena kehalusan hati serta kasih sayangnya yang melebihi segalanya.

Dari kedua sloka diatas disimpulkan bahwa hakikat wanita lebih istimewa dibandingkan dengan lelaki, karena wanita memilki peranan yang yang multifungsi yaitu bisa menjadi seorang ibu yang bisa melahirkan dan juga bisa menjadi seorang ayah yang membesarkan serta menjaga putranya. Selain itu wanita juga bisa melebihi dari laki-laki baik dalam bidang kelembutan hati maupun keberaniannya sehingga wanita dikatakan sumber kehidupan, kesejukan dan lainnya. Disamping sosok seorang wanita yang agung nan mulia, tidak sedikit yang mengatakan wanita adalah sumber kesengsaraan bagi manusia. Dalam sastra diuraikan bahwa ada tiga hal penyebab kehancuran bagi seseorang yaitu Harta, Tahta, dan Wanita. Wanita dikatakan sebagai sumber kehancuran bagi laki-laki karena dengan kecantikannya wanita akan memikat laki-laki dan tidak sedikit lelaki yang rela melakukan apasaja demi wanita. Seperti halnya ceritra Ramayana dimana Rahvana mabuk karena wanita, dan rela mempertaruhkan apapun untuk memperjuangkannya. Selain itu pada ceritra pemutaran gunung mandara giri dimana para Dewa, Detya dan Raksasa berebut tirta amerta dan akhirnya dewa Wisnu menyamar menjadi wanita cantik sehingga tirta amrta diserahkan kepada wanita cantik (jelmaan dewa wisnu) oleh detya dengan raksasa tersebut. Dari kedua ceritra tersebut dibuktikan bahwa pengaruh wanita begitu besar bagi laki-laki, dan tidak sedikit lelaki yang terbuai dan hancur karena wanita. Seperti yang tertera dalam Sarasamuccaya, 434 berikut ini: 

Tattwanikang stri ngaranya, sulap, bancana juga Ya, makawak krodha, kimburu, matangnyan Dinohan ika de sang pandita, tan hana pahinya Lawan amedhya, bibhatsa, wastu campur ”, 

Terjemahan: Sesungguhnya wanita itu tak lain dari pada sulap, Berbahaya, berwujud kemarahan, cemburu, oleh karena itu maka dijauhkan oleh sang pandita, sebab tiada bedanya dengan sesuatu yang tidak suci (untuk digunakan kurban kebaktian), sesuatu yang menjijikan, sesuatu yang kotor” (kadjeng, 1997:339). 

Dari untaian sloka diatas dapat disimpulkan bahwa wanita sebagai penghancur karena wanita menebarkan pesona memikat, wanita juga menimbulkan konflik karena cemburu dan lain sabagainya. Sehiga wanita dikatakan sebagai racun dunia dan sumber penderitaan bagi seseorang yang telah menjadi sakit karena wanita. Selain sloka diatas dalam Canakya Niti Sastra juga dikatakan bahwa jangan pernah percaya kepada wanita karena wanita diibaratkan binatang yang bercakar. Sesungguhnya wanita yang dimaksud diatas adalah wanita jalang atau wanita yang tak bisa menempatkan dirinya. 

Pandangan yang buruk kepada wanita disebabkan karena banyak hal diantaranya karena si wanita sendiri yang melakukan hal diluar koridomya sebagai wanita misalnya merebut suami orang lain, memancing niat jahat dengan berpakaian yang kurang beretika dan lain sebagainya. Kesalahan ini tak sepenuhnya disebabkan karena wanita, lelaki pun hendaknya pandai membawa diri agar tidak terpikat oleh wanita jalang tersebut dan menyebabkan kehancuran. Dari banyak pandangan terhadap wanita dapat disimpulkan bahwa hakikat wanita sangatlah mulia dan para dewa pun senantiasa melindungi orang yang menghargai wanita. Wanita dikatakan mulia dalam hal ini ketika wanita tersebut menjalankan sesana baik sebagai seorang istri maupun seorang ibu. Begitu juga sebaliknya ketika wanita keluar dari sesamanya dia akan di cap sebagai wanita jalang, racun dunia, dan sumber bencana. Maka dari itu baik buruk dari wanita bisa dilihat dari etika, tata bahasa serta penampilannya. Disamping itu bagi orang yang menilai wanita hendaknya memposisikan wanita sama halnya memposisikan sebagai ibu kandung kita sendiri dan jangan pemah mencederai wanita. Karena wanita bisa menjadi madu yang manis dan juga bisa menjadi racun yang sangat pahit. 

Canakya Niti Sastra, 1.17: 

Strinam dviguna aharo
Lajja capi catur-guna. 
Sahasa sad-gunam caiva 
Karnas casta-gunah smrtah " 

Terjemahan : 
Wanita dibandingkan dengan lelaki dua kah lebih kuat nafsu makannya, empat kali lebih malu, enam kali lebih berani, dan hendaknya diingat bahwa nafsu kelaminnya delapan kali lebih kuat daripada lelaki” (Dharmayasa, 1995: 8). 

Dari uraian sastra diatas dapat disimpulkan bahwa wanita memiliki kelebihan dibandingkan laki-laki. Kelebihan wanita tersebut sangat jarang sekali diketahui oleh orang lain karena wanita sangat pandai menyembunyikan kelebihannya tersebut. Akan tetapi ketika wanita sudah lepas dari kontrol kesadaran ia akan memperlihatkan kelebihannya tersebut. Dibalik tubuh halus serta wajah yang polos dari wanita seseorang hendaknya dapat memahami tentang wanita tersebut diibaratkan seperti berada dalam air yang tenang namun bisa menghanyutkan. Pepatah itu nampaknya cocok untuk mengungkapkan hakikat dari wanita, karena dibalik kelembutan dan sikap yang pemalu wanita juga memiliki keinginan bahkan lebih besar daripada lelaki. Wanita dikatakan memiliki nafsu makan yang lebih besar daripada lelaki, hal ini ditunjukan ketika wanita dalam keadaan hamil atau sedang ngidam yang memiliki nafsu makan dua kali lebih besar dari laki-laki. Wanita empat kali lebih malu daripada laki-laki, ini dibuktikan ketika wanita lebih enggan untuk ' membuka rahasia tentang dirinya dibandingkan laki-laki yang lebih cenderung blak-blakan dalam berbicara. Wanita dikatakan enam kali lebih berani daripada laki-laki, hal ini dibuktikan ketika seorang ibu yang rela melakukan apa saja demi menyelamatkan anaknya dari mara bahaya. Wanita juga dikatakan delapan kali lebih besar nafsu birahinya dibandingkan laki-laki, hal ini dibuktikan dari hasil penelitian ilmiah yang mengatakan bahwa nafsu wanita lebih besar daripada lelaki ketika dalam keadaan bercumbu. Walaupun dalam teori wanita memiliki keinginan yang lebih besar daripada laki-laki tetapi itu jarang sekali diketahui karena wanita sangat pandai menyimpan atau menyembunyikan keinginannya itu. 

Maka dari itu diharapkan wanita hendaknya berbuat, berkata dan berpenampilan yang sewaj arnya agar tidak menjadi bumerang dalam diri. Karena wanita sesungguhnya mebawa nama baik diri sendiri dan keluarga. Apabila wanita tersebut bisa menempatkan diri maka ia dan keluarganya akan dihormati begitu juga sebaliknya apabila ia tidak bisa menempatkan diri maka ia dan keluarganya juga kurang dihormati. 

Mengingat demikian penting dan sucinya kedudukan wanita dalam rumah tangga, maka para orang tua memberikan perhatian khusus di bidang pendidikan dan pengajaran kepada anak wanita sejak kecil. Tradisi turun temurun pada lingkungan keluarga Hindu misalnya seorang anak wanita harus lebih rajin dari anak lelaki. Ia bangun pagi lebih awal, menyapu halaman, membersihkan piring, merebus air, menyediakan sarapan, mesaiban, memandikan adik-adik, dan yang terakhir barulah mengurus dirinya sendiri. Ia harus pula bisa memasak nasi, mejejaitan, mebebantenan, menyama beraya dan banyak lagi hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan adat dan agama. 

Tanpa wanita seolah-olah kegiatan di dunia ini terhenti, sehingga seorang lelaki dewasa yang belum juga menikah dianggap suatu keanehan, kecuali memang niatnya melakukan berata “nyukla brahmacari” artinya tidak kawin seumur hidup seperti yang dilakukan oleh Maha Rsi Bisma dalam ephos Mahabharata, dengan tujuan tertentu, yaitu memberikan kesempatan kepada keturunan adik tirinya menduduki tahta kerajaan. Wanita Hindu juga dibelenggu oleh sederetan norma-norma yang lebih ketat sehingga membedakan perilakunya di masyarakat dengan kaum lelaki. Pada beberapa hal ia tidak boleh melakukan hal yang sama seperti laki-laki. Baru zaman sekarang saja wanita“dibolehkan” memakai celana panjang, menyetir mobil, pergi ke mana-mana sendirian, berbicara bebas, dll. 

Related Posts

There is no other posts in this category.

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter