-->

Alasan Kenapa Ada Upacara Pecaruan (Lahirnya Bhutakala)

Post a Comment
Alasan Kenapa Ada Upacara Pecaruan
(Lahirnya Bhutakala)


Dijelaskan dalam Ménava Dharma Sastra Bab III sloka 83-90.

Tentang asal-usul penciptaan Bhutakala diuraikan dalam berbagai lontar di Bali. Diantaranya Purva Bhnmi Kamulan/ Bhumi Tva, Barong Svari, Kala Tattva, Panca Durga dan lain-lainnya.

Lontar Bhumi Kamulan menguraikan sebagai berikut, 

Pertama-tama Siva sebagai Tuhan, menurunkan Korsika, Gargha, Maitri dan Kurusya. Keempat putra ini disuruh menciptakan alam semesta. Tapi tidak mau. Maka ia dikutukNya menjadi Bhatakala. Lalu diciptakanlah "Pratanjala". la sanggup untuk menciptakan dunia, dengan syarat harus ada yang membantu. Maka dari nafas Siva lahirlah Uma. Dewi Uma inilah yang aktif menciptakan dunia serta isinya. Mula-mula tercipta para dewa-dewa, Vidyadhara-Vidyadhari, Gandharva, Kinnara, semua ini mahluk halus penghuni sorga. Lalu tercipta mahluk halus bertabiat kasar, seperti raksasa; danava, pisaca, daitya, semuanya mahluk halus yang menyeramkan. Berikutnya sampailah diciptakan mahluk halus yang terendah yaitu jin, setan, bragala, memedi, tonyo dan lain-lainnya berupa jenis-jenis bhuta yang memenuhi ruang dan waktu. Di lain pihak sang Pencipta (Dewi Uma) tanpa disadari telah berubah wujud menjadi aheng, bertaring, berambut gimbal, tubuh dan mulutnya membesar. Demikianlah Uma telah menjadi Durga. Melihat Uma menjadi Durga maka Pretanjala pun merubah dirinya ke dalam wujud ganas, aheng (angker) yang disebut "Mahakala Semua mahluk halus kasar, aheng dan angker cipta-Nya menjadi bawahannya. Mereka tinggal di tempat-tempat yang angker dan menyeramkan seperti pada jurang, pangkung, hutan, setra dan sebagainya. Para Bhuta mahluk halus terendah menempati tempat-tempat yang kotor, aliran-aliran air, tempat sampah-sampah dan sebagainya. 

Durga-Mahakala dengan “vadva“nya ini lalu menjadi ancaman terhadap dunia ini. Ia menimbulkan penyakit, membunuh mahluk seisi dunia ini. Maka sorga pun menjadi gentar. Oleh karena itu diperintahkan turun Dewa Brahma, Visnu dan Isvara, 
untuk membersihkan alam ini, dan menyucikan kembali DurgaMahakala agar kembali menjadi “somya Lalu Brahma menjadi Rsi, Visnu menjadi Bujangga Vaisnava, dan Isvara menjadi Padanda, ketiga ini disebut “Trisadhaka 

Demikianlah uraian Lontar Bhumi Kamulan/Bhumi Tva

Sivagama menguraikan sebagai berikut: 

Karena kesalahan Dewi Uma, maka Bhatara Guru mengutuk-Nya. Lalu ia turun ke dunia menjadi Durga, dalam wujud lima Durga, yaitu: Sri Durga, berkedudukan di Timur, Raji Durga berkedudukan di Utara, Suksmi Durga berkedudukan di Barat, dan Dhari Durga berkedudukan di Selatan, dan Dewi Durga berkedudukan di Tengah. 

Sri Durga beryoga, menciptakan Kalika-Kaliki, Yaksa Yaksi, Bhuta Dengen. Raji Yoga beryoga mengadakan, Jin, Setan, Bragala-bragali, bebai dan segala jenis penyakit. Dhari Durga beiyoga lalu mengadakan Sang Bhflta Kapiragan, Suksmi Durga mengadakan Kamala-Kamali, Kala Sveta, dan lain-lain. Sedangkan Dewi Durga beryoga mengadakan Panca Btha, yaitu: Bhara Janggitan, Bhuta Langkir, Lembu Kere, Bhuta Truna, dan Bhuta Tiga Sakti. Melihat Uma menjadi Durga, maka Bhatara Guru pun mengutuk diri-Nya menjadi Kala Rudra. Karena sentuhan Kala Rudra ini pada diri Durga, maka terciptalah Bhatakala yang memenuhi ruang dan waktu. Kemudian dalam perkawinan Kala Rudra dengan Durga lahirlah Bhatara Kala. 

Dalam Lontar Pangiwa, Ratuning Macaling, disebut sebut adanya "Sasuhunan ring Tengahing Samudra" dengan pepatihnya “I Ratu Gde Macaling". Bhatari ini juga dikenal dengan nama "Ratu Kasuhun Kidul" atau ‘Nyi Loro Kidul“ 
kalau di Jawa. Di Bali juga beliau dikenal dengan nama “Bhatari Nusa Ped". Beliau inilah yang memegang kekuasaan atas mahluk halus yang menyeramkan itu, termasuk para bhutakala bhutakali. Menjelang Sasih keenam, beliau dengan "vadva"nya pergi ke desa-desa yang dapat menimbulkan penyakit baik bagi manusia maupun binatang. Agar manusia, binatang dan alam lingkungannya tidak terganggu “oleh mahluk halus angker dan ciptaan Durga lainnya. maka diperlukan suatu usaha untuk tetap menjaga keseimbangan dan keharmonisan. Dari sinilah lahirnya Upacara "Caru ” 

Dalam Bhagavata Purana dijumpai penjelasan singkat tentang klasifikasi dari Bhuta Yajna, dibandingkan dengan yajna ' lainnya. Dikatakan bahwa Bhuta Yajna dilaksanakan karena dorongan Tamasika. yang semata mata agar mendapatkan kekayaan dan kepuasan duniawi (Bhagavata Purana l, 2, 27). 

Demikianlah sumber -sumber ajaran Bhuta Yajna, yang dijumpai pada beberapa naskah. 

Semoga bermamfaat rahayu

Related Posts

There is no other posts in this category.

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter