-->

Cara Penebusan Dosa Menurut Hindu


Cara Penebusan Dosa Menurut Hindu

Dalam kehidupan di dunia fana ini kita sering beranggapan bahwa orang yang hartanya banyak atau kaya adalah orang yang sangat penting, yang dapat menguasai segala sektor kehidupan. Namun bila seseorang yang banyak hartanya tidak mampu memahami dan memanfaatkan kekayaan duniawi itil sebagai suatu persembahan, maka dalam dunia spiritual, kekayaan duniawi akan tidak berarti apa-apa.

Kenapa?

Bila harta benda itu berada di tangan orang-orang yang tidak beriman, maka ia akan menjadi racun dan pemeras masyarakat, sebaliknya harta benda yang berada ditangan-tangan orang yang alim dan bijaksana, maka banyaklah mamfaatnya dan banyak pula masalah-masalah kemanusiaan yang dapat diselesaikan.

Dalam Slokantara sloka 33 (74) dikatakan .

Dhanam wibhusanam loke murkasye wimalam dhanam, dhanam swargasnya sopanam dhanam 
durgatiwaranam. 

Artinya:

Di dunia ini kekayaan itu sebagai perhiasan hidup, yang dapat memberi cahaya di air muka kita. Ini dapat dipakai sebagai tangga menuju sorga. Ini dapat menghilangkan kesusahan.

Emas yang oleh orang kaya dianggap miliknya, emas itu sama dengan perhiasan bagi rakyat. Lagi pula emas kekayaan itulah yang memberikan sinar pada pemiliknya.

Pun dapat dipakai sebagai tangga menuju sorga asal saja kekayaan itu didermakan kepada orang-orang Brahmana yang mempelajari kitab-kitab suci Weda dengan mendalam, didennakan kepada para pendeta yang dibarengi hati suci dan mumi dalam memberikan derma itu. Harga emas tidak akan berkurangjika dipakai sebagai pemberian. Emas itu pun tidak akan mengikuii pemiliknya ke dunia baka. Dan sebaliknya mungkin akan merupakan tangga menurun menuju neraka sampai ke dasarnya jika kekayaan

itu dipakai dengan tidak sewajaraya. Inilah salah satu sebab mengapa orang bijaksana memilih dharma sebagai barang perhiasannya. Dharma itu dapat disimpan di dalam hati untuk selama-lamanya walaupun sampai ajalnya tiba.

Dengan jelas dikatakan di sini bahwa harta benda atau uang itu sangat berkuasa di dalam kehidupan sehari-hari. Siapa ber-uang ia yang menang, ia yang dapat mencapai segala tujuan keduniawian ini. Uang itu berkuasa, bukan saja untuk menuntun orang ke arah perbaikan tetapi berkuasa juga menjerumuskan, berkuasa membikin orang menang dan berkuasa juga untuk membikin orang setengah gila.

Didalam sloka ini dikatakan bahwa orang kaya itu dapat mencapai sorga karena kekayaannya asal saja memakai kekayaan itu untuk kebajikan di dunia ini. Ini juga didukung oleh Kitab Nitisastra III. 8 yang menyatakan :

Prayoganikang artha kencana tulungakena ing alara dhukha kasyasih 
karaksanikang artha, tan hana waneh dana pinaka pager suraksaka; 
urwayageng atiwegatambakana, 
bengkungen upamaning artha setuha; 
temahnika hilang bedah nirawisesa, 
kahili kadawut Iajernika. 

Artinya :

Kegunaan yang utama dari harta emas perak itu adalah untuk menolong orang sengsara, sedih dan melarat, dan untuk menjaga keutuhan artha benda itu tak lain dari memagarinya dengan memberikan sedekah dan derma-derma. Harta kekayaan yang bertimbun itu tak bedanya dengan gelombang-gelombang samudra besar, deras dan walaupun dibendung, diempeng atau diberi saluran akhirnya akan hilang mengalir tanpa sisa, semuanya dihanyutkan habis.

Disamping akan membawa kebaikan, harta itu dapat juga dipakai alat memenangkan perang atau mendapatkan kekuasaan. Pernyataan ini kita dapati pada Nitisastra II. 3. yang menyatakan :

Dhana Wisesa ring catur upaya kenakena kabeh, ring sama bedha danda tayaning dhana tan hana kena, 
sang maharep musuh catur upaya juga enakena, 
byakta kaserning ripu balanta magalak ing ayun. 

Artinya :

Dari keempat upaya untuk mengalahkan musuh (yaitu; sama, bheda, dana, danda artinya: mendamaikan, memecah belah, memberikan bantuan keuangan, dan menghukum itu) uanglah yang paling berkuasa. Tanpa uang, usaha untuk mendamaikan musuh, menghukumnya dengan kekerasan, semuanya ini akan sia-sia belaka. Mereka yang sedang menghadapi musuh, harus menggunakan “empat upaya” ini. Musuh-musuhpasti tunduk, serdadu pun di medan perang itu semangatnya akan berkobar-kobar menggempumya. Harga membawa kemenangan sangat berkuasa, melebihi daripada senjata-senjata yang modern. Tetapi disamping itu harta benda itu bisa menyebabkan orang-orang yang memilikinya pusing kepala.

Juga dikatakan dalam kitab Nitisastra III. 7 :

Kapetanikang artha, dhukha liitaken, tan adagang alayar mapet dhatu; 
huwus katemuning dhanatiyasa dhuka hinayam ayam  ing duratmaka;
hilanganikang artha, tan sipi maweh prihatin alara dhuka kasyasih; 
kalinganingkang artha bhayanani dhuka, tilarakena de mahayana.

Artinya :

Untuk mendapatkan kekayaan itu adalah dengan susah payah. Orang harus berdagang dan berlayar mendapatkan bahanmencari kekayaan itu. Setelah kekayaan itu didapat, ia membawakan kesusahan yang besar juga, karena selalu diintai-intai oleh pencuri. Jika sampai kekayaan itu hilang dari tangan kita kesedihan yang dibawanya itu tidak terkirakan, duka dan pedih serta melarat Demikianlah harta kekayaan itu mengandung duka dan kesusahan lebih banyak dari kesenangan dan itulah sebabnya orang-orang budiman pada meninggalkan dan menjauhi harta kekayaan.

Akhirnya didalam Nitisastra III. 4 dikatakan juga bagaimana kekuatan dari kekayaan itu jika, dibandingkan dengan perempuan.

Artha stri magawe wirodhanira sang
sujana tuwi manah nirageleh,
tan manggatika kociwambekira 
ring rwa karananing akol 
padabuteng sihning mitra kadang suputra bapa len guru hilang atemah manah geleh, anghing sang wikunis 
parigraha, wadhujana dhana kadi 
losta tan don. 

Artinya :

Harta kekayaan dan perempuan itu sering menimbulkan perselisihan antara orang-orang baik. Hati manusia menjadi busuk karenanya. Mereka berkelahi mati-matian memperebutkannya. Karena mereka ingin menikmati sepuas hati harta dan wanita itu. Cinta pada sahabat, pada sanak saudara, pada anak kandung, bapak dan guru itu hilang dan datanglah kejahatan ke dalam hati manusia. Hanya para pendeta sucilah yang terhindar dari kedua sumber bencana itu, bagi-mereka kekayaan dan perempuan itu tak bedanya dengan segumpal tanah tanpa harga.

Kemasyhuran yang sejati tidak tergantung pada keindahan badan atau daya tarik kita. Bukan juga karena kekayaan atau kekuatan fisik, melainkan karena Sifat-sifat 
kita yang baik. 


Agama tidak mengajarkan umat manusia untuk menOlak harta kekayaan, bahkan dalam kehidupan ini kita dituntut untuk mencari harta sebanyak-banyaknya didasarkan atas dharma dan memanfaatkannya untuk kebaikan dan kesejahteraan umat manusia. Harta dan kekayaan tidak untuk hanya disimpan, tetapi hendaknya dimanfaatkan untuk kebajikan, sebab harta benda kekayaan itu tidak akan dibawa mati.

Jika seseorang berpikir hanya memimbun dan menyimpan harta dan kekayaan, sesungguhnyalah ia hanya menimbun ketakutan dan kekhawatiran dalam dirinya sebanding dengan harta benda kekayaan yang ditimbunya itu. Oleh sebab itu hendaknya harta benda kekayaan  tersebut diamalkan, digunakan sebagai persembahan niscaya ke-takutan dan kekhawatiran itu akan lenyap.

Melandasi paparan diatas, maka Sarasamuccayq 176 menyatakan :

Matangya deyanikang wwang,  haywajuga tenget, maweweha gawaya danapunia, mamuktya, apan tan' hénti ikang wibhawa, yan tan 
henti ikang karmaphala humana kenya. 

Artinya:

Sebab itu yang patut diperbuat. janganlah kikir bersedekahlah, kerjakanlah amal saleh. nikmatilah, karena kekayaan itu tidak akan habis-habisnya. jika karmaphala yang mengadakannya itu tidak putus.

Kita harus ingat bahwa amal kedermawanan adalah sifat yang jauh lebih besar artinya daripada segala kekayaan harta benda yang hanya dinikmati sendiri. Begitu juga jika tidak ada amal kedermawanan, harta kekayaan itu tidak akan bernilai sama sekali.

Bhagawad Gita mengaj arkan, bahwa bukan hidup itu sendiri yang penting, melainkan watak yang baik Hidup tanpa watak yang baik tidak ada gunanya.

Maka itulah kita hendaknya mengembangkan watak yang baik guna memperoleh nama yang harum sebagai asas kemanusiaan. Daripada hidup 100 tahun sebagai gagak pemakan bangkai binatang, jauh lebih baik hidup sesaat sebagai angsa dengan nama yang tidak tercela dan watak yang tidak ternoda. Dalamkehidupan manusia, bukan kefasihan berbicaralah yang penting, melainkan kebenaran yang diucapkanlah yang lebih bernilai. Jika kebenaran dalam ucapanmu tidak ada, maka apapun yang engkau katakan tidak akan ada nilainya sama sekali, bak angin lewat dan menghilang begitu saja.

Perbuatan yang baik jauh lebih penting daripada kekuatan fisik. Badan yang tidak digunakan untuk membantu orang lain tidak ubahnya seperti mayat.



Gunakanlah badan kita ini untuk mengabdi. kepada umat, tidak hanya untuk memenuhz kebutuhan kita sendiri yang egois. Dewasa ini, apa yang dilakukan, dipikirkan atau diucapkan seseorang umumnya terdorong oleh kepentingan dirinya sendiri. 



”Yang dipuji adalah Karma Sesungguhnya yang menjadikan orang itu berkeadaan baik, adalah perbuatannya yang baik dan yang menjadikan orang itu berkeadaan buruk adalah perbuatannya yang buruk. Seseorang akan menjadi baik, hanya dengan berbuat kebaikan dan menjadi papa karena perbuatan jahat. ” 



(Brhadaranyaka Upanisad (11.2.13. IV.4.5.) 

Untuk mengatasi kecenderungan ini marilah kita selalu mencarikesempatan untuk menolong orang lain dan mengembangkan prinsip-prinsip bhakti  sosial. Kesempatan yang baik, jangan sekali-kali kita sia-siakan.

Marilah kita merenung, bagaimana cara memanfaatkan sebaik-baiknya kesempatan hidup yang sekejap dan langka ini .yang telah dikaruniakan kepada kita, serta berusaha senantiasa mengembangkan kebiasaan-kebiasaan baik yang bermanfaat bagi kemanusiaan.

Filosofl Hindu Wedanta mengandung ajaran tentang keadilan sosial. Advaita Vedanta, yang bersifat monisme menyatakan bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah .Tuhan. Sesuai dengan filosofi ini Tuhan adalah lautan dan jiwa individu adalah ombak dari lautan, tetapi tetap sebagai bagian dari lautan. Tuhan dan manusia adalah terpisah, manusia seperti kendi tanah yang diisi air yang diambil dari lautan'yang sama adalah Tuhan. Kedua konsep im akan menghasilkan kesadaran bersama yang membuatkita empaty terhadap penyakit dan penderitaan orang lain. Karena kita tidak saja identik, tetapi sama dengan orang lain, oleh karena itu kita seharusnya tidak segan-segan

untuk menolong orang lain. Selanjutnya dalam Bhagawad Gita Bab Bhakti Yoga sloka 12 dikatakan :

Melalui latihan engkau dapat memperoleh ilmu pengetahuan, melalui ilmu pengetahuan engkau 
dapat menjalankan meditasi, melalui meditasi engkau telah melakukan
pengorbanan engkau akan mendapatkan kedamaian batin. '

Perbuatan baik paling sederhana yang dapat kita lakukan adalah berdana punia. Karena berdana Punia adalah langkah pertama melakukan perbuatan baik Hasil yang terbaik dicapai jika kita merasa senang dan bahagiasebelum, pada waktu, dan sesudah memberikan dana, tepatnya memberi sesuai dengan kemampuan kita dan dengan bijaksana.

Dalam Dasa Paramita dinyatakan :

Dana adalah langkah pertama dalam urutan cara-cara berbuat baik. ”
Ketentraman dan kedamaian utama manusia adalah berdana dan beramal ”

Dana punia merupakan suatu kewajiban yang dilaksanakan oleh segenap umat Hindu diseluruh penjuru dunia dan kewajiban  berdana punia sendiri mempunyai  dasar hukum yaitu  Sloka-sloka yang terdapat dalam kitab suci Weda. Dana Punia sendiri

dapat diberikan bukan hanya dalam bentuk harta benda (Arthadana), namun bila dilihat dari perspektif yang lebih luas dana punia dapat juga berupa pemberian ilmu pengetahuan atau pendidikan yang disebut Vidyadana. Jika semua umat telah memahami perihal dana punia ini dan melaksanakannya dengan bijak, besar kemungkinan kita akan mampu Melaksanakan program-program umat menyangkut pembinaan generasi muda di segala bidang baik menyangkut peningkatan sumber daya manusianya maupun bidang-bidang ketrampilan-ketrampilan lain . guna mengejar ketertinggalan kita, yang sangat kita rasakan dewasa ini. 

Tanpa adanya dukungan dari segenap umat kita, nampaknya program-program keumatan yang mulukmuluk akan tetap hanya baru sebatas wacana saja, tidak bergerak maju, sedangkan waktu mengalir terus dan tidak seorang pun dapat menghentikannya. 

Related Posts

There is no other posts in this category.
Subscribe Our Newsletter