-->

Dampak Negatif Globalisasi Terhadap Generasi Muda Hindu

Post a Comment



Dampak Negatif Globalisasi Terhadap Generasi Muda Hindu

     Perkembangan teknologi informasi dewasa ini telah membawa perubahan besar bagi kehidupan manusia.Informasi berlimpah dengan akses yang mudah dan cepat menjadi candu bagi sebagian besar umat manusia.Perkembangan ini tentunya merupakan suatu bentuk peradaban khususnya dalam bidang teknologi. Koentjaraningrat (dalam Gelgel,dkk, 1992: 3) menyatakan bahwa peradaban merupakan unsur-unsur kebudayaan yang maju, tinggi dan halus yang dapat dimiliki oleh warga masyarakat bersangkutan, dengan pendidikan dan pengajaran yang luas serta medalam. Unsur-unsur dalam sistem sosial, atau unsur-unsur kebudayaan fisik. Beberapa contoh konkret peradaban tersebut misalnya pemanfaatan teknologi tepat guna, adat sopan santun yang halus, sistem norma interaksi yang berasaskan perhatian terhadap sesama manusia, adat sopan santun yang penuh saling pengertian, konsep-konsep filsafat yang bersifat universal, serta kesenian yang tinggi, halus dan indah. Namun beberapa kondisi tersebut berbanding terbalik dalam kehidupan nyata. Peradaban telah mempengaruhi pola pikir manusia, dan diantaranya telah menimbulkan beberapa dampak yakni penyalahgunaan teknologi dan informasi, degradasi moral, melemahnya implementasi ajaran-ajaran agama, menurunnya derajat kemuliaan manusia yang dikatakan makhluk paling sempurna diantara ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, dan masih banyak dampak buruk yang timbul akibat pemahaman peradaban yang keliru.
Pengaruh globalisasi telah merambah berbagai wilayah di Indonesia, salah satunya  Bali sebagai barometernya pariwisata di Indonesia. Pengaruh budaya barat telah merubah tatanan kehidupan generasi muda di Bali pada umumnya dan di Jembrana pada khususnya antara lain pergaulan yang semakin bebas, cara berbicara maupun berpakaian yang kurang sopan, menurunnya rasa hormat kepada orangtua maupun guru, kenakalan remaja, dan sejenisnya. Ajaran agama seharusnya menjadi modal yang utama untuk mengarahkan perilaku kearah yang lebih baik. Generasi muda sebagai penerus bangsa harus memiliki mental yang tangguh, serta moral yang luhur jika ingin membangun bangsa yang lebih baik.Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia telah dengan tegas mengisyaratkan idealisme kemanusiaan yang adil dan beradab. Nampaknya pemahaman nilai-nilai Pancasila masih lemah dan hal itu berbanding lurus dengan menurunnya kualitas kemuliaan manusia itu sendiri. 

Agama yang seharusnya menjadi jalan bagi umat manusia untuk menjadi umat yang beradab, dewasa ini hanya berada dalam tataran formalitas belaka.Agama hanya dijadikan kedok untuk berlindung dari kesalahan.

Degradasi moral dan sejenisnya merupakan indikator lemahnya pemahaman manusia akan ajaran agama yang dianutnya. Menurut Lickona (dalam Mertha, 2009: 25) suatu bangsa akan runtuh jika bangsa itu menghadapi fenomena jaman dimana terdapat 10 kejadian yang diprediksi yakni:

  1. Meningkatnya tindak kekerasan di kalangan remaja.
  2. Penggunaan kata-kata bahasa yang memburuk.
  3. Pengaruh naluri yang kuat dalam tindak kekerasan.
  4. Meningkatnya perilaku merusak diri, seperti bunuh diri, penggunaan obat-obatan terlarang, minuman keras dan seks bebas.
  5. Semakin kaburnya pedoman moral mana yang baik dan buruk.
  6. Menurunnya etos kerja.
  7. Semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru.
  8. Rendahnya sikap tanggung jawab individu.
  9.  Membudayaya ketidak jujuran.
  10. Adanya saling curiga dan kebencian diantara sesama.
    Kondisi tersebut dalam perspektif Agama Hindu digambarkan sebagai suatu jaman yang penuh dengan kegelapan atau lebih dikenal dengan Kali Yuga.Lebih lanjut dalam Brahmanda Purana dikatan bahwa memasuki jaman kali, dharma sudah kehilangan jatidirinya sehinga banyak umat manusia yang prilakunya melenceng dari ajaran dharma. Jaman ini ditandai dengan prilaku umat manusia, baik itu laki-laki dan perempuan kehilangan sifat mulianya, para pedagang dan politisi akan melakukan pekerjaan yang kotor, para pandita akan jatuh dan hidup dengan orang-orang hina. Para pekerja akan menjadi pemimpin seperti pandita, para pemimpin dan politisi mestinya melindungi masyarakat, malahan menjadi perampok rakyat (Sandhi dan Pudja, 1980 : 192-193). Keadaan tersebut memang merupakan sebuah prediksi, namun antara prediksi dan  kenyataannya memang sejalan dalam artian kondisi itu memang terjadi dalam kehidupan nyata. Mengahadapi kenyataan tersebut dan fenomena global dewasa ini, maka sudah menjadi kewajiban semua pihak untuk bertanggung jawab demi kelangsungan kehidupan di masa yang akan datang. Agama Hindu telah mengajarkan umatnya untuk selalu berpikir, berkata dan berbuat yang baik (Tri Kaya Parisudha). Ajaran karmaphala mengarahkan umat Hindu untuk selalu mengedepankan moral yang luhur, agar berdampak yang baik pula bagi kehidupannya dimasa yang akan datang. Hal itulah yang menjadi tolak ukur ajaran moralitas dan etika dalam Agama Hindu.

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter