picture by pixabay.com |
Dalam Kitab Devi Bhagavata Purana atay Srimad Bhagavatam Taptasurmi/Taptamurti adalah Neraka tingkat 21 dimana para "atma druaka" (arwah pendosa) yang tak setia dengan pasangannya, digotong oleh para Chingkarabala, yaitu pasukan Dewa Yama yang berwujud menyeramkan bertugas menghukum para arwah pendosa di neraka, kemudian arwah itu dicambuk dan dipaksa memeluk besi yang sangat panas hingga membuat kulit melepuh.
Lebih jelasnya lagi dalam kitab Kitab Srimad Bhagavatam bagian 5.26 di jelakan sebagai berikut:
Kitab Srimad Bhagavatam bagian 5.26.20
Terjemahan :
Seorang pria atau wanita yang melakukan hubungan seksual dengan orang yang tidak pantas, dihukum setelah kematian oleh asisten Yamarāja di neraka yang dikenal sebagai Taptasūrmi. Di sana pria dan wanita seperti itu dipukuli dengan cambuk. Laki-laki dipaksa untuk memeluk bentuk besi merah-panas dari seorang wanita, dan wanita itu dipaksa untuk merangkul bentuk yang sama dari seorang pria. Begitulah hukuman untuk seks terlarang.
Kemudian dalam kutipan dari lontar Adi Parwa, mengenai hukum dan dosa seseorang yang melakukan perselingkuhan, dalam Adi Parwa dikatakan;
“Yan hana ta pwa stri majalun hana swaminya. Bhrunahatya kretam param. Salwiring papaning brunahatya tinemunya, pada lawan papaning amati rare jro weteng patakanya. Mangkana prawrettinya. Mangkana tekang jalu-jalu yawat yan hareping stri patiwrata, mahyuna ring stri brahmacari kunang, mangguhakena brunahtya, papa tinemunya”.
“Jika ada seorang wanita yang sudah bersuami, melakukan hubungan
intim dengan laki-laki lain. Bhrunahatya kretam param. Berbagai dosa siksa neraka akan didapatkannya, sama halnya
dengan dosa siksa neraka menggugurkan bayi dalam kandungan. Demikian pula bagi
para lelaki, yang menginginkan(bernafsu, ingin memiliki istri orang lain)
seorang istri yang setia kepada suaminya, menginginkan wanita yang brahmacari,
akan mendapatkan neraka yang sama dengan dosa siksa neraka menggugurkan
bayi dalam kandungan”
Seorang laki laki yang sudah beristri, hendaknya tidak menginginkan perempuan lain, begitupun sebaliknya, seorang perempuan yang sudah bersuami hendaknya jangan menginginkan pria lain. Seorang laki-laki baik lajang ataupun sudah beristri hendaknya tidak berusaha merayu seorang perempuan yang sudah bersuami, apalagi jika wanita tersebut adalah seorang perempuan yang setia pada suaminya. Perbuatan seperti ini dianggap sama dosanya dengan menggugurkan bayi dalam kandungan, dan dosa menggugurkan bayi dalam kandungan sangatlah besar.
Nah ternyata sangat besar sekali dosa selingkuh tersebut, hingga
almarhum Ida Pedande Gunung, mengatakan bahwa dosa orang yang melakukan
selingkuh tidak ada penglukatannya. Akan tetapi ternyata masih banyak orang yang melakukannya, bahkan
dijadikan hobi dan tren. Kenikmatan sesaat dan petualangan yang didapat dari
perselingkuhan tersebut ternyata mengalahkan rasa takut akan dosa neraka.
Mungkin inilah pengaruh zaman Kaliyuga.
Demikian yang bisa kami bagikan semoga bermamfaat agar kita selalu bisa saling menjaga, saling mengerti dengan pasangan kita dan saling menjaga komukasi yang baik dengan pasangan agar perbuatan perslingkuhan bisa kita hindari, semoga kita selalu rahayu
Om Santih Santih Santih Om
Post a Comment
Post a Comment