-->

Satua Bali sebagai media pendidikan Karakter anak

Post a Comment


Satua Bali sebagai media pendidikan Karakter anak

Mesatua atau membacakan cerita pada anak pada jaman sekarang sudah jarang dilakukan oleh orang tua kepada anaknya, padahal dengan mesatua dapat mempererat tali kasih antara si anak dengan orang tuanya, selain itu juga dengan mesatua atau membacakan dongeng pada anak dapat menumbuhkan imajinasi si anak serta sebagai media pendidikan karakter pada anak itu sendiri. Memberikan gambaran bahwa satua sebagai sastra lisan yang sudah mulai jarang diceritakan oleh orangtua kepada anak-anaknya juga memberikan kontribusi besar bagi pendidikan karakter. Salah satu satua yang diangkat adalah satua Bawang Kesuna yang menceritakan dalam satu keluarga memiliki anak I Bawang, dan Kesuna, I Bawang rajin, sedangkan I Kesuna malas dan suka memfitnah I Bawang sampai dia minggat dan diusir oleh ibunya, akhirnya I Bawang bertemu dengan neneknya dan dibantu, sehingga I Bawang menjadi kaya dan bahagia. Sedangkan I Kesuna ingin mengikuti jejaknya I Bawang tetapi karena perbuatannya sehingga ia dimakan oleh binatang berbisa dan akhirnya mati. Analisis dari satua tersebut yakni seseoran yang selalu jujur dalam hidupnya dan lugu, serta taat dengan nasehat orangtuanya, akan mendatangkan hasil yang baik. Sebaliknya orang yang sering memfitnah, jahat, licik, akan mendapat hasil yang setimpal. Orang tua pilih kasih kepada anak sehingga anak menjadi tidak baik. dalam beberapa satua yang dianalisis tersebut, terkandung nilai-nilai yang dapat dipetik diantaranya: nilai pendidikan agama dalam satua I Siap Selem, nilai tattwa didalam satua I Sugih teken I Tiwas, I Bawang Kesuna, yang memberikan gambaran tentang ajaran karmaphala, kemudian nilai susila atau etika dalam satua I Ubuh, nilai ritual, nilai satya dan kepemimpinan. Dalam satua I Ubuh misalnya diceritakan seorang anak yang tidak memiliki orang tua yang pekerjaannya mencari udang. Udangnya sering hilang dicuri oleh Tonya (sebangsa jin) bernama Urub. Karena jahat, Urub hendak dibunuh oleh I Ubuh tetapi tidak jadi, dan Urub memberikan uang kepeng kepada I Ubuh sebagai jimat. Suatu ketika I Ubuh mengikuti lomba melompati parit yang berisi tombak di bawahnya yang diselenggarakan oleh seorang raja yang selalu membuat sakit hati rakyatnya. Terkadang raja itu melakukan pertunjukan macan yang diadu dengan manusia, kalau tidak singa yang kelaparan dilepas diadu dengan menusia. Raja yang angkuh dan mengunakan segala macam cara untuk menunjukkan kekuasaanya. Ketika lomba meloncati parit berlangsung tidak satupun pesertanya yang lolos dari maut, kecuali I Ubuh yang berhasil melompati parit itu dengan bantuan uang kepeng yang diberikan oleh Tonya tersebut, dan akhirnya I Ubuh dijadikan penggati raja tersebut karena raja itu telah mati ketika ia melompati parit tersebut. Dari satua I Ubuh diatas dapat dicermati nilai etika di dalamnya bahwa seorang yang berhati mulia dan selalu berusaha dengan giat akan mendapatkan kebahagiaan, dan seorang pemimpin yang melanggar etika kepemimpinan akan mendapat kesengsaraan. Banyak sekali nilai-nilai karakter yang bisa kita ambil dari cerita atau satua Bali. Untuk itu kita harus dapat melestarikan keberadaan satua Bali dengan menceritakanya pada anak-anak kita, Rahajeng..

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter